Sabtu, 10 Oktober 2009

Kampanye Untuk rakyat kecil

Hal Kecil untuk Perubahan Besar bagi Orang-orang Kecil

Manga, jika Bapak Prabowo Subianto koar-koar dimedia masa mengenai pembelaannya terhadap petani dan pedagang pasar, dan itupun beralasan karena memang Bapak Prabowo adalah ketua HKTI dan Asosiasi pedagang pasar yang sudah selayaknya dia perjuangkan kesejahteraannya, meskipun akhirnya petani dan pedagang pasar justru lebih simpati kepada Susilo Bambang Yudhoyono yang lebih gagah Cashing-nya dalam pilpres 2009. Hal yang sama juga dialami oleh Ibu Megawati, yang mana Beliau lebih intens dalam mengkampanyekan ekonomi kerakyataannya, dan itupun juga sangat beralasan karena memang Ibu Mega sangat cinta dan sayang terhadap rakyat Indonesia yang sejak zaman Belanda selalu dibela Leluhurnya, meskipun rasa cinta dan sayang tersebut dibilang banyak pihak kurang tepat dalam pengungkapannya.
Silakan, jika Bapak Dr.Ir. Mohd Harisudin, M.Si, mengampanyekan kepada mahasiswanya tentang Strategi Berbisnis dan Etika Bisnis supaya didalam berbisnis juga mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan sehingga ada distribusi kesejahteraan untuk sesama penghuni bumi, meski beda budaya, adat dan agama, dan itu sah-sah saja karena memang Beliau adalah seorang Muslim yang menjadi dosen (sengaja saya tidak menulis Dosen Muslim, soal penafsiranya, mangga terserah pembaca) mata kuliah Manajemen Strategi dan Etika Bisnis di FP UNS.
Aku bukanlah simpatisan Ibu Mega atau Bapak Prabowo bahkan aku sering bersitegang dan berseberangan dengan pendukung mereka di grass root, namun jujur aku acungkan jempol atas itikad baik pembelaan mereka kepada masyarakat kecil (kalau masyarakat besar sih tidak usah dibela mereka sudah bisa membela dirinya sendiri bahkan sudah biasa juga menindas masyarakat kecil). Pun diluar itu semua, aku akan tetap intens membela masyarakat yang rata-rata mereka bernasib sama dengan leluhurku dengan sebatas apa yang aku bisa. Ya karena masyarakat kelas inilah yang sering diperlakukan tidak adil atas kebodohan dan kelemahan mereka.
Maka aku mengajak kepada segenap mahasiswa, pemuda dan semua masyarakat yang masih kental berdarah Indonesia, Berdarah Islam ataupun berdarah Jawa, mari kita berdayakan masyarakat kita yang rata-rata kelas bawah dengan :
1.Menghindari belanja di mall, Swalayan atau sejenisnya yang milik bangsa asing kecuali untuk produk-produk penting yang tidak bisa kita peroleh di warung orang kita.
2.Kita beri kesempatan kepada pedagang kecil untuk berkembang dengan membeli barang kebutuhan kepada mereka.
3.Kita berdayakan masyarakat dengan budaya ramah tamah saling percaya dan saling menghormati.
4.Kita galakan usaha yang sifatnya padat karya meskipun sebenarnya bisa dengan aplikasi teknologi mesin.
5.Jika kita petani, mari kita berdayakan petani kita untuk mengaplikasikan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan, kita bangkitkan lagi sistem lumbung padi untuk mecegah permainan tengkulak ketika paceklik tiba, diversifikasi jenis tanaman dan bahan makanan, pemenuhan kebutuhan makan keluarga dengan menanam beraneka ragam sayuran dan buah-buahan dipekarangan dengan system tanam langsung ditanah ataupun pot, kita berdayakan kolamisasi ikan untuk pemenuhan kebutuhan protein keluarga dll.
6.Kita berdayakan pemuda dengan menghidupkan lagi gerakan kepemudaan (Ansor, Karangtaruna, Club olahraga, Sinoman dll)
7.Kita siapkan generasi dengan menghidupkan lagi kegiatan pembelajaran mandiri seperti TPA, Les bimbingan belajar, Padepokan Silat, Sanggar tari, lukis dan kerajinan, Pesantren dll karena itulah salah satu media untuk mempertahankan nilai-nilai luhur yang telah ada dalam masyarakat kita sejak ratusan tahun silam.
Itu semua hanyalah wacana jika kita tidak mau untuk mencoba memulai dengan berbuat, berbuat dan terus berbuat dengan istiqomah. Dan saya rasa ini bukanlah hal berat dan muluk-muluk, jikalau kita semua mau berbuat yang demikian meskipun dalam skala kecil, jika itu serempak saya rasa masalah-masalah besar dinegri ini akan terselesaikan dengan Izin Alloh. Sekali lagi mari kita mulai gerakan pemberdayaan masyarakat kita, sekarang.

Oleh Setyawan Dwi H
Mhs FP UNS

1 komentar: