Minggu, 04 Oktober 2009

Gasmi


Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia
ingat sepuluh tahun yang lalu, ketika masih kelas satu SMP, jiwa brutal, jiwa nakal, jiwa celelekan mulai nampak, bahkan sudah mulai real dalam perbuatanku. kemudian jiwa nakal dan kemaki itu terus berkembang hingga akhirnya kuputuskan untuk belajar beladiri supaya kemakiku sumbut dengan kemampuanku khususnya dibidang pergelutan alias perkelahian.
pada suatu sore ketika aku sedang menggembalakan kambing, datang seorang temen atau lebih tepatnya kakak tingkat saya waktu SD, karena memang dia beberapa tahun lebih tua dari aku, Kang Misdi gendon namanya. Kang Misdi tadi mendekati aku dan tak berapa lama kami terlibat obrolan yang seru, hingga akhirnya mengerucut kepada hobi pergelutanku. Kang Misdi menawari aku untuk ikut gabung dalam latihan silat yang dia kelola, Gasmi nama pencak silat itu. sebenarnya aku masih terheran-heran, Gasm,i itu pencak silat macam apa, wong selama ini aku belum pernah dengar namanya, apalagi pesilat-pesilatnya. dan akhir kata aku gabung dengan latihan itu.
minggu demi minggu berlalu, tak terasa sudah berbulan bulan aku latihan, bakat kelahiku semakin kelihatan, tantangan demi tantangan, perkelahian demi perkelahian ku hadapi dan semakin memantabkanku bahwa diriku seorang pendekar. dan jiwa bandel dan sok itu terus berkembang hingga akhirnya sampai pada penghujung latihan fisik, kami (aku dan teman-teman satu latihan) ada ujian di Ponpes al-Bukhori tulung sampung Ponorogo. disana kami dimbing langsung oleh al-mukharom Kyai Haji Agus Maksum Jauhari. kami diwejang banyak hal, kadang-kadang kami dimarahi dan dipojokan atas kebebalan kami, kami terus diwejang sebagai seorang calon pendekar Gasmi, dan anehnya tidak terasa banyak nilai-nilai agama yang masuk kedalam sanubari kami, meski kemasanya wejangan tentang kependekaran.
Lima buah ijazah atau amalan yang diberikan kepada kami sebagai awalan untuk mengolah tenaga dalam (tenaga non fisik). ada puasa, ada wirid, ada pantangan, ada Sholat dan do'a-do'a. singkatnya sepulang dari sana (tempat ujian) kami sangat sumringah dan berseri-seri karena mendapat banyak ilmu yang kami yakini kelak kemudian hari setelah menjalani ritual-ritual yang telah diberikan kepada kami, kami akan menjadi orang yang sakti.
sekian waktu kami menjalani berbagai laku (wiridan), terus dan terus hingga itu menjadi kebiasaan kami, yang semula kami tidak sholat kemudian mau sholat, yang semula tidak puasa kemudian puasa, yang semula suka miras berhenti minum miras dll, yang kesemuanya mengerucut untuk mendapatkan keslamatan dan kesaktian. hingga bertahun-tahun itu menjadi kebiasaan kami meski beberapa teman kami ada yang methol atau putus dari kebiasaan itu. anehnya kebiasaan itu menjadi keasyikan tersendiri bagi kami, kebiasaan itu membawa sebuah ketenangan dan kemantaban dan kadang kadang kami juga merasakan adanya peristiwa-peristiwa aneh yang diluar nalar, misalnya kami bisa selamat dari bahaya yang logikanya kami tidak dapat menghindarinya.
terus dan terus amalan kami jalankan dan akhirnya ada kesadaran dan pemahaman bahwa semua sumber kekuatan datangnya dari Alloh, semua kemenangan-kemenangan dalam perkelahian dijalanan maupun dipanggung itu juga atas izin alloh dan kami semakin yakin akan hal itu, hingga akhirnya sekarang setelah sepuluh tahun berkecimpung dalam dunia silat dan kadang-kadang masih suka kelahi, kami merasakan semakin membutuhkan ibadah dan belajar agama yang dulu waktu kecil ga sempat kami pelajari. andaikan kami ga belajar silat di Gasmi mungkin kami ga mengenal indahnya Islam, Agungnya Islam, dan Bahagianya hidup dalam naungan Islam yang kesemuanya itu kami peroleh secara perlahan dan bahkan tidak kami sadari bahwa selama belajar silat kami digiring menuju Islam....Alhamdulillah kami sempat mengenal gasmi Pagar Nusa... terima kasih kang Misdi dan pelatih-pelatih lain, terima kasih Mbah Mukhrim abdulloh dan jajaran pengurus cabang Ponorogo, terima kasih Gus Maksum...... melalui doa dan besutan panjenengan kami diberi kesempatan Alloh untuk bahagia dalam Islam

4 komentar: